Jumat, 25 Maret 2011

Pelangi Toleransi dari Melbourne


Oleh  Wildani Hefni

Judul : Pelangi Melbourne, Dua Dunia Satu Cinta
Penulis : Zuhairi Misrawi
Penerbit : Buku Kompas
Tahun : I, Januari 2011
Tebal : viii + 552 halaman
Harga : Rp54. 000

Sekilas melihat sampul buku mungil ini, kita akan terpesona dengan keindahan warna pelangi yang menghias kota Melbourne. Novel ini berkisah tentang pemuda Indonesia jebolan salah satu perguruan tinggi Islam di daerah Jakarta Selatan, yang sedang menjalani kursus Bahasa Inggris di Hawthorn English Language Centre, Melbourne, Australia.
Namanya Zaki Mubarok. Di Melbourne, Zaki hanya sebatang kara. Tak ada seorang pun teman asal Indonesia. Hari pertama menginjakkan kaki di Hawthorn, ia berkenalan dengan seorang perempuan bertubuh mungil, namanya Diana Lee, perempuan beragama Katolik dari Korea Selatan. Perkenalan pertama, Diana secara panjang lebar berbagi kisah tentang agama dengan Zaki. Diana sangat mengagumi Zaki karena Zaki begitu hormat (respect) walaupun beda agama.
Tak hanya berbincang masalah agama, Zaki dan Diana terlampau menembus batas-batas primordial dan identitas kultural. Keduanya memunyai latar belakang kebangsaan dan agama yang berbeda namun disatukan oleh semangat untuk menimba ilmu sebagai bekal masa depan. Lebih dari itu, Zaki seakan menemukan teman sejati. Teman yang bisa diajak curhat dan berbagi wawasan walaupun beda agama, beda ras, dan beda bangsa.
Begitu juga dengan Diana, ia merasa Zaki adalah karunia Tuhan yang tidak ternilai. Berawal dari perjanjian untuk mencari buku di Melbourne Central, Zaki dan Diana tampak lebih akrab. Percakapan antara keduanya tak hanya disatukan oleh persahabatan, tapi juga idealisme dan cita-cita peradaban yang adiluhung. Di Melbourne Central itulah, Zaki mengungkapkan perasaan cintanya kepada Diana, “I love you so much”, ungkap Zaki. Sementara Diana, juga tak mampu menyimpan ketertarikannya kepada Zaki.
Akhirnya, dua insan yang berbeda agama dan kebangsaan itu terikat dalam tali cinta. Hampir tiga bulan, hubungan Zaki dan Diana tambah erat dan lengket. Namun keduanya dalam kegamangan. Perbedaan agama dan kebangsaan mutlak diakui menjadi kendala yang akan menghalangi hubungan keduanya. Walaupun demikian, cinta keduanya adalah cinta produktif, bukan possesif, platonis, dan bukan konsumtif.
Novel pertama garapan intelektual muda Indonesia ini, Zuhairi Misrawi—yang lebih akrab dengan sapaan Gus Mis—mampu mendatangkan arti cinta sesungguhnya dan mengampanyekan toleransi. Tradisi, agama dan kultur tak bisa menghalangi rasa cinta karena cinta adalah komunikasi.
Dengan latar Melbourne sebagai kota multikulturalisme, novel ini memelopori gerakan dipelbagai dunia agar setiap orang memunyai kepedulian terhadap orang lain, apa pun perbedaan bangsa, agama, ras, suku, budaya, dan bahasa.

Dimuat di Koran Jakarta, Kamis 17 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar