oleh Wildani Hefni
Dengan diresmikannya Jembatan Suramadu, banyak lapisan masyarakat yang mempertanyakan dampak positif dan negatifnya. Sudah jelas, bahwa jembatan Suramadu ini dibangun untuk mempermudah hubungan pulau Madura dengan daerah lain. Baik dari transportasi, pengiriman barang, dan kinerja serta keterampilan yang ada di Madura.
Madura merupakan pulau kecil yang memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki daerah lain. Potensi pertanian di Madura juga sangat besar, mulai dari garam hingga tembakau. Bahkan di Madura ada 40 titik potensial tambang minyak, yang dimungkinkan bisa bersaing dengan Jawa.
Tidak dapat dipungkiri, Madura juga telah memberi kehidupan bagi warganya sendiri, karena Madura sangat kaya. Sebagai bukti kekayaannya, Madura selalu dikunjungi warga manca. Diantaranya, ribuan warga luar berduyun-duyun mendatangi pantai Lombang, Slopeng, dan Asta Tinggi, Camplong serta tempat wisata lain.
Semua terus berkelanjutan, seiring dengan Pulau Madura yang masih tetap asri dan alami. Namun kemudian, ketika Jembatan Suramadu diresmikan pada 10 Juni 2009, pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan eksistensi dan prospek Madura pada masa depan bermunculan. Jembatan Suramadu cukup signifikan dalam memberikan sumbangsih bagi kemajuan Madura. Jembatan Suramadu akan menghubungkan Madura dengan daerah-daerah luar.
Akan tetapi, hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas Madura yang telah berjalan dan terprogram mulai sejak dulu. Namun, jembatan Suramadu jelas dibangun atas kesepakatan semua pihak yang tentunya sama-sama mempunyai harapan untuk membangun Madura lebih baik, maju dan dapat memecahkan kebuntuan-kebuntuan program yang sudah dirancang. Adanya jembatan ini, diharapkan bisa mengentaskan semua kebuntuan, karena perhubungan di Madura memang sangat sulit, misalnya untuk bisa bekerja sama dengan daerah-daerah lain. Faktor utamanya adalah harus melewati penyeberangan Kamal-Ujung.
Ketika Suramadu resmi dioperasikan, banyak perubahan yang akan dialami, khususnya oleh Madura dan warganya sendiri. Kemajuan dan potensi yang dimiliki Madura akan dilirik oleh investor-investor asing. Suatu bukti, di Kecamatan Burneh Bangkalan, yang merupakan pintu utama Suramadu, mayoritas tanah dan sawah sudah dibeli oleh para investor asing. Sampai saat ini terus digarap untuk memanfaatkan Suramadu. Pada akhirnya, perekonomian dan semua aspek kemajuan di Bangkalan akan dikuasai para pedagang-pedagang luar. Dan ini tentunya tidak akan hanya berkutik di daerah Bangkalan, tapi kemudian mesti merembet ke daerah lain di Madura.
Yang ditakutkan pula, terjadinya bentuk shiyal yaitu pelanggaran terhadap masyarakat (as-shiyal ala al-mujtama’), yang tercermin dalam pelanggaran terhadap kehormatan umum. Kehormatan inilah yang oleh para penulis kontemporer di sebut dengan huquq al-mujtama’ (hak-hak masyarakat). Dinamakan demikian karena hal tersebut disyariatkan untuk melindungi masyarakat dan demi kebaikan bersama.
Dalam peresmian Jembatan Suramadu, masyarakat Madura masih saja dihantui keraguan dan ketakutan. Ketakutan itu muncul karena takut ada penodaan berbagai kehormatan, dan praktek kemungkaran secara pro-aktif (terang-terangan), sehingga masyarakat hanya menyaksikan berbagai kewajiban yang diabaikan, berbagai hal yang diharamkan merajalela, dan hukum-hukum syara’ ditinggalkan.
Masuknya kebudayaan asing, mewabahnya rentetan kejahatan, terporak-porandaknya benteng keislaman, semakin mengecilnya kemajuan dan pembangunan Madura, mesti akan semakin nampak setelah diresmikannya Suramadu. Peradaban, kebudayaan dan tradisi selalu mengalami perubahan berupa kemajuan dan kemunduran, yang semua itu ditentukan atas dasar relevansinya dengan kehidupan dan kemanusiaan.
Kehidupan yang serba pragmatis dan rasionalpun akan terus mewarnai perjalanan kehidupan mayarakat Madura. Sangat ditakutkan pula agama hanya dihamparkan dan tidak dilirik lagi oleh penganutnya, karena agama hanya dianggap mementingkan keutuhan dan kemampuan ortodoksi teologis dan tidak memberikan peluang seimbang dalam pemberdayaan vasio untuk menginterpretasikan teologis Tuhan sesuai dengan perkembangan zaman.
Akhirnya, kita bisa berharap pada para pemuda Madura yang mempunyai jiwa merdeka, selalu berpikir positif dan kreatif, serta akan melahirkan buah pikiran yang cemerlang. Semoga para pemuda di Madura mampu membaca tanda-tanda zaman serta mampu menghasilkan formula-formula berharga untuk dipersembahkan kepada bangsa yang memang sangat membutuhkan buah pikiran mereka. Ini seperti Madura yang dihadapkan pada realitas dan kompleksitas problem menghadapi Jembatan Suramadu. agar Jembatan ini benar-benar dapat membangun Madura menuju gelanggang baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur.
Tulisan ini di muat di Kompas Jatim, Kamis, 11 Juni 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar